Rasa Nomor 107
Hai. Lama saya tak bercerita. Hehe. Saya, dalam rentang dua tahun ini, kembali menemui Senin yang menyebalkan. Di tempat memburuh saya yang sebenarnya bukan tempat baru memburuh saya tapi menjadi baru—bingung kan?—Senin datang terlaaaaaampau menyebalkan. Sungguh. Padahal, pekerjaan baru saya yang juga tak baru-baru amat ini, sebenarnya tak terlalu menyebalkan. Membosankan sih memang. Ya sebetulnya masih sama, hanya saja cara dan jalan yang dilalui berbeda. Seperti saya hendak ke Sekolah Pandai Sekali, jika bulan-bulan sebelumnya saya naik kopaja dan lewat Jalan Teuku Umar, kali ini saya naik mikrolet dan lewat Jalan Cut Nyak Dien. Sama-sama menuju Sekolah Pandai Sekali, namun cara dan jalan yang saya lalui berbeda. Itu berimbas pada beda juga orang-orang dan apa-apa saja yang saya temu sepanjang jalan toh. Memenuhi kemauan orang yang saya juga sebenarnya nggak paham apa maunya adalah sulit. Apakah saya tipe orang yang harus dikasih contoh terlebih dulu baru kemudian paham...