Rasa Nomor 121
![Gambar](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNowphEdorOZ1J_RZnCYsye8wvx-x8nMdAoJDhCQaREfPr_YVA9wOd34yP7u-EihyphenhyphenOUY3kXGiUCe3EpAn1JAomVZ9gmrc6l8sZZlgM7SEVHdapCDzV9OHomHo-NCq4wX3Cq_KIeU3g-DkR/s1600/blog+121.jpg)
Ini hari, saya memulai terapi (terapi bukan ya ini namanya?), eng.. untuk memperbaiki siklus tidur saya yang belakangan makin kacau. Apalagi semenjak jadwal memburuh saya dirotasi dari pagi ke siang hari. Akibatnya saya jadi terbiasa tidur pagi, sekitar pukul 5, 6 atau 7 pagi baru bisa tidur. Bahkan pernah saya kebingungan lantaran sampai pukul 9 masih melek alias tak bisa merem. Kenapa bingung? Karena kan kalau tak tidur, bisa-bisa saya lemah-letih-lesu pas jam memburuh—pukul 14. Akhirnya waktu itu, biar bisa bobok saya baca buku tapi tetap tak mengantuk, lalu gonta ganti posisi tidur, e tak tahu tiba-tiba saja saya tertidur dan bangun lagi sekitar pukul 12. Syukurlah ya. Nah, karena kekacauan siklus tidur, saya jadi kehilangan pagi. Karena pagi hari sibuk mengurusi bagaimana cara tidur atau kalau nggak ya sudah molor. Tak cuma itu, akhirnya saya juga susah lari. Lari dari kenyataan. Yak, bukanlah. Lari pagi maksudnya. Terus, jadi nggak bisa dengerin acara radio pagi yang...