Percaya
Delapan tahun lalu, saya menulis, saya tak akan percaya pada siapapun kecuali ibu saya. Saat itu saya mengalami sesuatu dan, sejak itu saya belajar satu rangkaian kemungkinan; sebagian orang akan mengarang cerita untuk kebaikannya masing-masing, sebagian lagi mengedit cerita untuk menyelamatkan diri dan orang yang mereka ingin selamatkan, lalu sebagian lainnya hanya mengungkapkan apa yang ingin mereka ceritakan. Karena itu saya jadi sulit percaya dengan cerita orang. Mulut yang bercerita punya versi masing-masing. Dan tentu saya--yang sarat keterbatasan, tak akan bisa menjamin mana yang benar. Meski ya, ada yang bilang kebenaran itu berkembang, kontekstual, bukan? Orang kan bisa saja menganggap satu hal benar, tapi lalu yang lain menganggap itu keliru. Atau, suatu waktu, seseorang memegang satu hal sebagai kebenaran. Tapi lalu, waktu berjalan, banyak hal terjadi, boleh jadi satu hal itu berubah nilainya. Bisa kah, begitu? Bisa kali ya. Nggak tahu. Cuma barangkali, mu...