Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2012

Rasa Nomor 90

~ Ini curhatan lagi lho. Jadi ndak usah baca karena mboseni (= Menikah, tampaknya menyenangkan dan tentu saja dinanti perempuan berkepala dua kebanyakan. Apalagi yang sudah di atas duapuluhlima-an. Siapa bilang? Kamu nggak bisa ngeklaim gitu dong, ika! Kata sebuah suara misterius dari langit. Okei, mungkin hanya saya saja dehh, perempuan seperti saya yang menanti itu. Tapi di balik menanti itu ada sebuah ketakutan lho. Gimana enggak, hawong saya harus ngeramut (Jawa: ngurusi) atau paling tidak ngopeni anak dan bojo. Lha ngopeni diri saya saja semrawut, apalagi ngopeni yang lain. Begitu kira-kira. Tapi seiring berjalannya waktu, saya akan tumbuh jadi perempuan yang keibuan. Tsaaahh. Embuhlah, ik. Ya gitudeh ya pokoknya. Saya ini, yang masuh duadua ini, sudah ditanya-tanya soal itu. Esusmi? Duadua? Soundswrong ika?! Eng. Jadi sejak 2010 saya mulai membekukan waktu, tsaelaaah. Di facebook, ada info tentang tanggal lahir, dan sejak 2010 saya sudah menghilangkan itu....

Rasa Nomor 89

Saya, tak pernah bisa menceritakan apa yang saya rasakan dengan bebas kepada orang lain. Saya pikir, dunia terlalu sibuk untuk hanya duduk mendengarkan cerita saya. dan saya, terlalu nganggur untuk tidak mendengarkan orang-orang di sekitar saya. ini tulisan yang super egoooisss dan eng tinggi hati. cihh ~ditulis 16 atau 17 November 2012, UK

Rasa Nomor 88

Kadang-kadang saya merasa tak perlu merencanakan harus menjatuhkan hati kepada siapa, harus meletakkan hati di tempat yang seperti apa dan kapan harus melepaskan rasa. Tapi kadang-kadang tiba-tiba saya diminta berencana. Dan saya bingung. Tapi kebingungan saya hanya sebentar, sebentar yang terus-menerus. Ini artinya bingung berkelanjutan. Hehe. Hanya waktu yang setia menemani saya, karena ia melekat dengan apa-apa yang saya lakukan. Ya mau tak mau, akhirnya ia saja yang menemani. Waktu, melekat pada ruang yang saya tempati. Sedang lelaki itu, hanya memandang saya dari kejauhan kemudian pergi menggandeng perempuan lain. Perempuan dari luar angkasa, yang membuatnya menjadi sempurna. Kemudian saya berkata pada diri saya sendiri, tentang sebuah mantra paling jitu yang tak lekang waktu: makhluk dengan air mata akan selalu baik-baik saja, apapun yang menempanya. Kata per kata, begitu saja saya rangkai. Tanpa sadar, tanpa tahu untuk siapa. Cerita demi cerita saya dengarkan,...