Rasa Nomor 90
~Ini curhatan lagi lho. Jadi ndak usah baca karena mboseni (=
Menikah, tampaknya menyenangkan
dan tentu saja dinanti perempuan berkepala dua kebanyakan. Apalagi yang sudah
di atas duapuluhlima-an. Siapa bilang? Kamu nggak bisa ngeklaim gitu dong, ika! Kata sebuah suara misterius dari langit.
Okei, mungkin hanya saya saja dehh, perempuan seperti saya yang menanti itu. Tapi di balik menanti itu ada sebuah ketakutan lho. Gimana enggak, hawong saya harus ngeramut (Jawa: ngurusi) atau paling tidak ngopeni anak dan bojo. Lha ngopeni diri saya saja semrawut, apalagi ngopeni yang lain. Begitu kira-kira. Tapi seiring berjalannya waktu, saya akan tumbuh jadi perempuan yang keibuan. Tsaaahh. Embuhlah, ik. Ya gitudeh ya pokoknya.
Saya ini, yang masuh duadua ini, sudah ditanya-tanya soal itu. Esusmi?
Duadua? Soundswrong ika?!
Eng. Jadi sejak 2010 saya mulai
membekukan waktu, tsaelaaah. Di facebook, ada info tentang tanggal lahir, dan
sejak 2010 saya sudah menghilangkan itu. Jadi artinya sejak 2010 umur saya
tidak dihitung bertambah. Semau-mau saya aja sih ini. Hehe. Trus kalau emang
bertambah kenapa? Masalah? Nggak juga kan? Yaudasih. Oke skip.
Jadi begini, akhir-akhir ini di
kala saya memburuh, saya ketemu dengan bapak dua anak. Namanya Pak Iwan. Pak
Iwan ini banyak tanya sekali dan ujung-ujungnya nyuruh saya cepat-cepat
menikah.
Dan tidak hanya Pak Iwan lho shobat muda (ah elahhh), Pak
Panji—orang yang ada di kosan saya—juga sama. Sama-sama laki-laki. Bukan, bukan
itu maksudnya. Sama-sama nyuruh saya buat nikah. Okei. Pertanyaan saya untuk
diri saya sendiri, calonnya mana????? Lalu permintaan bapak-bapak sekalian itu
saya jawab dengan: cariin lah paaaaaaak. Lalu bapak-bapak itu nyuruh saya nikah sama pacar saya. Bapak-bapak itu pada nyambung nggak sih sebenernya sama jawaban saya. Tanya saya dalam hati.
Tapi yang jadi
pertanyaan saya, kenapa orang-orang itu selalu nyuruh orang lain untuk
buru-buru nikah sih? Saya juga begitu, nyuruh orang buat ndang cepet rabi (Jawa: Nikah). Apa
nggak ada perintah lain gitu ya? Seperti ngepel, nyuci baju, masak, atau nraktir es buah.
Dan ini, November, saya mau pulang ke desa.
Pasti tidak lain dan tidak bukan adalah itu topik utamanya. Dan terpaksa saya
harus mikir otak buat njawab apa yang kira-kira membuat mereka berhenti nyuruh-nyuruh
saya. ternyata, permasalahan yang ada dalam novel yang saya baca pas sma itu
terjadi sekarang. Homasoss. ---_____--- sekians =D
~ditulis 18 November saya pulang 19 November dan dugaan saya benar, UK
aaaaaaa *peluk* #merasasenasib
BalasHapusngahahaaa... tiap kamu komeng, yang ada di kepala adalah wacana pethukan tp gak pethuk2.. umumumu...
Hapus(=
BalasHapus