Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2019

Gunarti

"Kami belum kalah. Andaikan kami takluk sekalipun, masih ada kuasa Ibu Bumi. Jika Kehormatan alam semesta ini dijamah lewat pendirian pabrik semen, alam akan bertindak sendiri. Bencana lumpur Lapindo di Sidoarjo membuktikan Ibu Bumi murka, karena seharusnya dia dirawat agar jadi gemah ripah loh jinawi." Begitulah jawaban Gunarti ketika jurnalis Majalah Tempo bertanya mengenai, apakah sikap pemerintah yang seolah memberikan lampu hijau untuk pembangunan pabrik semen merupakan bentuk kekalahan warga Kendeng? Perawakannya memang kecil, tapi soal nyali—apalagi kalau sudah menyoal Ibu Bumi—tak perlu diragukan lagi. Energinya seolah tak habis untuk terus menyuarakan penolakan terhadap tambang dan pabrik semen di Jawa Tengah. Ia ikut mulai dari aksi damai di depan kantor-kantor pemerintahan hingga jalan kaki sejauh ratusan kilometer. Ia, juga hampir pasti selalu hadir ketika ada aksi menagih janji di depan Istana Presiden. Sosok perempuan yang selalu berkebaya setelan d...

Es Krim

Gambar
K pernah bilang, "Kalau kondisi hatimu sedang buruk, maka cobalah makan es krim." Saya mengikuti saran K. Sebelumnya sudah pernah menjajal dan, berhasil. Tapi kali ini tidak begitu. Semangkuk berisi empat scoop--campuran berry, cokelat pekat, krim keju dan green tea--tandas, namun perasaan masih kacau. Sebetulnya yang saya santap itu bukan es krim, melainkan gelato. Teksturnya sedikit lebih pekat, lebih lengket dan, rasanya lebih kuat. Tapi bukan ini masalahnya, sebab saya bukan penggemar es krim garis keras maka selayaknya indra penyecap pun tak bakal mempersoalkan perbedaan antara es krim dan gelato tersebut. Terasa sama saja. Yang pasti, semangkuk krim dingin itu tak manjur mengatasi hati yang sedang remuk. Saya ingin mengirim pesan ke K, berkeluh. Tapi urung, saya lihat dia sedang bersenang-senang dengan kelas sketsanya dan, saya tak ingin mengganggu. Saya merasa bisa mengatasi ini sendiri, meski sedikit ragu. Tak seperti yang saya bayangkan, saya kira segalanya...