Mengamati Juru Kamera
Ia menemui beberapa tamu yang hari itu datang ke peluncuran buku kumpulan fotonya di sebuah kafe. Kakinya berpindah dari satu meja ke meja lainnya. Malam itu ia mengenakan baju jambon, kerahnya agak berantakan—terangkat salah satu sisinya, kancingnya dibuka dua. Kemeja itu ia masukkan ke celana bahan, paduan pastel. Sepatu pantofel gaya vintage ia pilih hari itu. Rambutnya yang tak gondrong tersisir rapi, seperti biasa. Kalau saja lengan bajunya tak pendek, barangkali sekilas ia sudah tampak seperti manajer sebuah perusahaan, para penawar MLM atau, setidaknya tim marketing lah. Karena lengan panjang membuat tato-tato di lengannya tak kelihatan. Mata saya tak bisa berhenti mengikuti gerak tubuhnya. Ia menyapa semua tamu, kecuali meja saya. Satu per satu ditemuinya. Sesekali kepalanya dimiringkan, kadang ia juga menunjukkan ekpresi kaget, mengangkat bahunya, lantas menyungging. Tapi ujung-ujung bibirnya itu tak henti membentuk huruf U, malam itu ia begitu sumringah. Sebelu...