Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2011

Rasa Nomer 33

Salam, Di postingan rasa nomer 33 si penulis sedang dilanda kebosanan yang ohhh. Huft dehh. Nggak terasa kan ni umur tulisan sudah sampai 33 saja, masih jauh dari kematangan tentunya. Mungkin butuh sampai rasa ke-26.786 untuk menuju matang. Baru menuju lho. Akhir-akhir ini rasanya bosaaaaaan, bosan san san ngedz. Bukan bosan dengan skripsweet (kalo yang ini malah pengen cepet) dan selalu membakar diri, huhahh. Yang sekarang ini tu bosan dengan tulisan-tulisanku, entah kenapa. Monoton. Membosankan. Dan ini menyedihkan. Lempeng aja dibaca. Sepertinya harus em... harus apa ya ;o nggataulah harus apa. Bingung juga. Baiklah, sampai jumva.. :)

Rasa Nomer 32

Gambar
Glamour and luxury (aku sebenernya lupa tema-nya apa, tapi dua kata ini yang nyantol di pikiranku ;p). Aku tidak begitu pandai menterjemahkan tema dari acara ini. Yang aku tahu, untuk para tamu yang ingin datang, sebaiknya membayar lima ribu dan datanglah memakai gaun/jas yang membuatmu terlihat rapi. Suatu kemewahan dan gemerlap dunia itu kadang membuat kita merasa jauh dengan yang lainnya, berjarak. Namun tidak dengan yang ini, kedekatan diantara kami membuat yang mewah dan anggun itu menjadi tidak berjarak lagi. Sebenarnya dari acara ini aku menyadari bahwa, suatu kedek...

Rasa Nomer 31

Untuk kesekian kalinya, kami duduk berdua. Duduk, sekedar melihat awan yang berjalan, dan mengamati cuaca yang sebentar-sebentar mendung, sebentar-sebentar cerah. Aku menulis dibalik layar pangkuku, dan kau menulis di atas kertas, di buku kegemaranmu. Kau menulis sebuah kalimat singkat, selebihnya adalah angka-angka yang kau biarkan tercecer begitu saja tanpa boleh kumengerti. Setiap kali aku tanya perihal makna angka-angka, kau hanya menjawab singkat. “Itu perhitungan tentang aku dan kamu, yang tak perlu kau pahami.” Dan aku malas membalas serta mencari tahu makna tentan...

Rasa Nomer 30

Aku selalu memilih posisi duduk di sini, di dekat jendela di antara pintu keluar dan pintu ke mushola. Ada tiga alasan mengapa aku duduk di sini, yang pertama karena di dekat jendela aku bisa langsung melihat keluar, ke ranting-ranting, pohon dengan banyak cabang, hidup selalu menyediakan bermacam pilihan bukan? Yang kedua karena dari tempat aku duduk, aku bisa melihat kawanan burung yang entah untuk apa mereka beterbangan. Kulihat mereka riang berpindah dari dahan pinus ke dahan pohon lain, yang tak kutahu apa namanya. Dan yang ketiga, karena dari tempatku duduk ini, aku bis...