Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2012

Rasa Nomor 79

~karena pesan pendek tengah malam kemudian ingat Gila. Banyak proyek yang belum terselesaikan, tercapai. Kalau pengamat-pengamat ngemeng mah, proyek-proyek mangkrak. Baiklah, dimulai dari proyek menulis ke-59 teman saya. proyek membuat rekaman cerita-cerita pendek, proyek menulis harian sampai proyek yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Yang terakhir ini tidak lain tidak bukan adalah Buku Tahunan Teng Tong Family. Kami, yang disebut dengan Timbunan-Tim Buku Tahunan bergerak lambat sekali, yah saya lah paling nggak yang lambat. Ini masalah menyempatkan saja sih. Saya, sebenarnya punya waktu luang barang sejam dua jam aja untuk nyicil kemudian merampungkannya. Ya, paling tidak sehari satu biodatalah. Tapi apa daya, malas dan lupa lagi-lagi menjadi alasan yang aman untuk kemudian tidak mengerjakannya. Payah. Kadang-kadang pekerjaan yang tak punya salah apa-apa pun saya jadikan tameng keterlambatan. Jadi? Jadi yaaa, nggak jadi jadi. Tapi tenang, duit sodara-soda...

Rasa Nomor 78

Dear Mas Beye dan Mas Pulisi, Saya nggak kenal Mas Beye, pun Mas Pulisi. Tapi malam ini entah kenapa saya mendadak ingin menulis untuk mas-mas berdua. Tentu tidak mudah mengemban tanggungjawab puluhan juta orang. Tentu juga tidak mudah melindungi mereka. Kalau lagi ramai-ramainya gini, maksudnya lagi ada kerusuhan/konflik/saling salah-salahan, pasti timeline twitter penuh sama nyinyiran orang tentang mas-mas sekalian. Saya sedih, mas-mas dinyinyirin. Sedih bukan berarti saya mendukung mas-mas sekalian dan puas dengan apa yang telah mas-mas lakukan untuk negara ini. Tidak, bukan, bukan itu. Tapi saya mikir aja, apakah dengan nyinyir ada yang akan berubah? Tentu saja enggak dong. Malah makin panas. Yatapi pasti orang akan bilang, kalau nggak dinyinyirin, mas-mas pasti malah leyeh-leyeh dan merasa semua baik-baik saja, padahal nggak. Nggak blas. Apakah saya ikut nyinyir? Iya, tentu saja, kadang-kadang. Terbawa suasana dan, HEYAEYALAH, BIAR GAUL KEREN TRENDI DAN FUNKY....

Rasa Nomor 77

Gambar
Nomor yang cantik ya? eh? iya nggak sih? iya ajalah. Oke, abaikan. Saya mau posting tulisan yang sudah lama tersimpan di folder dalam bleki, leptop saya. Nggak lama-lama banget sih, ini tulisan tanggal 15 Agustus lalu. Ini, tentang sepasang suara yang sedia menawarkan apa-apa yang dipunya . Mereka membungkusnya dalam sebuah Mini Album atau Extended play ( EP ) berjudul : Di Paruh Waktu . Menculik “waktu” untuk melabeli suara mereka, barangkali satu hal yang membuat saya tenggelam. Waktu, memang seringkali membuat siapa saja lupa. Menenggelamkan apa saja. Kadang-kadang kita tertekan dengan tenggat. Kadang kita terlampau abai dengan yang luang. Hal lain , yang membuat saya tenggelam, adalah suara, adalah nada, adalah bagaimana mereka bercerita. Banda Neira, sepasang suara, milik Ananda dan Rara. Di Paruh Waktu yang entah apa maksutnya, membuat saya lupa, tenggelam berpekan-pekan mengulang -ulang karya mereka. Di metromini, di tempat memburuh, sesaat setelah bleki m...