Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2020

di Supermarket

Gambar
"Nitip satu." Suara laki-laki di belakang saya bicara ke kasir sembari menyerahkan sekaleng wafer dan lembaran sepuluh ribuan. "Pakai nota?" tanya kasir. Laki-laki itu menjawab, tak perlu. Struk pun dimasukkan kawannya yang kasir itu ke laci. Tanpa ditanya, laki-laki itu menerangkan kepada sang kasir, bahwa dirinya mulai mencicil panganan untuk diberikan ke keluarga, ponakan-ponakannya. Satu hari satu. Saya mencuri dengar percakapan antar-rekan kerja tersebut. Tak lama laki-laki itu bergegas, saya hanya melihat punggungnya menjauh, ia berlari ke arah truk barang yang baru tiba. Saya mencuri lihat dari ekor mata. Hari itu sebagian orang sudah mulai bekerja dari rumah alias work from home , tapi orang tadi tidak. Saya menduga ia bekerja di bagian pengantar barang-barang untuk sebuah supermarket, atau yang mengangkut dus-dus berisi makanan ke ruang persediaan? Saya tak tanya detail juga, hanya mengira-ngira. Tak perlu waktu lama buat saya untuk jadi bap...

Tersinggung

Gambar
Status ketersinggungaan itu berbeda. Konon, semakin seseorang merasa derajatnya tinggi maka ia kian mudah tersinggung. Ada yang bilang ke saya, karena itu mengapa sebagian pejabat, pengusaha juga orang kaya yang lebih sering melaporkan orang dengan pasal penghinaan atau pencemaran nama baik. Memang belum ada data pasti, tapi serampangan saja dilihat, saya setuju dengan itu. Diam-diam saya membatin, iya juga sih ya. Dan lagi, kata K, orang yang mudah sekali marah biasanya justru mereka yang enggak bisa menunjukkan kompetensinya. Yaaaa, K bisa jadi salah. Saya jadi bercermin atas obrolan dua hal di atas itu. Apakah saya termasuk orang yang suka merasa terhina terhadap perlakuan orang lain? Apakah saya mudah tersinggung? Dan, apakah betul ketersinggungan saya itu ada kaitannya dengan ketidakmampuan saya membuktikan kompetensi saya? Saya, pernah sih tersinggung. Tapi tidak sering. Biasanya lebih tersinggungnya bukan sama obrolan antar-kawan, tapi sama atasan yang merendahkan atau...

Jawabanmu dan Keinginan Orang Lain

Gambar
Apa yang membuat orang yang membosankan di mata banyak orang, mendadak menarik bagimu? Karena kamu belum sungguh-sungguh mengenal dia? Kenapa pertanyaanku selalu kamu jawab dengan bertanya balik. Kebiasaan. Okei. Itu karena kamu belum mengenalnya. Berkenalan lah dulu. ***** Jawaban saya, ia balas dengan dengusan. Betul belaka, apapun yang keluar dari mulut saya tak akan membuatnya puas. Buktinya, pertanyaan yang saya ganti kemudian dengan pernyataan toh bukan jawaban yang dia inginkan. Padahal niat saya menjawab dengan pertanyaan adalah membuka kemungkinan lain, mengajak dia berdiskusi. Mencari banyak pilihan jawaban. Ya--kalau dia mengaku sudah kenal betul dengan saya, mestinya dia paham pertanyaan itu adalah basis jawaban saya--untuk menghadirkan, memancing kemungkinan jawaban lain. Dan begitulah obrolan dengan saya yang kelak akan disebut jadi pokok-pokok yang rumit. Kadang-kadang terbesit oleh saya, ada kalanya orang bertanya, barangkali bukan untuk mendapatk...