Tersinggung
Status ketersinggungaan itu berbeda. Konon, semakin seseorang merasa derajatnya tinggi maka ia kian mudah tersinggung.
Ada yang bilang ke saya, karena itu mengapa sebagian pejabat, pengusaha juga orang kaya yang lebih sering melaporkan orang dengan pasal penghinaan atau pencemaran nama baik. Memang belum ada data pasti, tapi serampangan saja dilihat, saya setuju dengan itu.
Diam-diam saya membatin, iya juga sih ya.
Dan lagi, kata K, orang yang mudah sekali marah biasanya justru mereka yang enggak bisa menunjukkan kompetensinya. Yaaaa, K bisa jadi salah.
Saya jadi bercermin atas obrolan dua hal di atas itu. Apakah saya termasuk orang yang suka merasa terhina terhadap perlakuan orang lain? Apakah saya mudah tersinggung? Dan, apakah betul ketersinggungan saya itu ada kaitannya dengan ketidakmampuan saya membuktikan kompetensi saya?
Saya, pernah sih tersinggung. Tapi tidak sering. Biasanya lebih tersinggungnya bukan sama obrolan antar-kawan, tapi sama atasan yang merendahkan atau sama senior yang sok tahu semua hal di dunia ini. Tapi nggak lantas melaporkan mereka dengan pasal penghinaan atau pencemaran nama baik sih. Hanya sebatas tersinggung dan marah yang dipendam, berujung pada nggrundel atau ya, kalau ada waktu membuktikan dengan kerja/perubahan laku. Jika ini diperlukan ya tapi.
Saya juga belum pernah sampai tersinggung dan lantas menggunakan marah tadi untuk memanfaatkan kekuasaan dan menekan seseorang yang membuat saya marah. Ya emang karena saya belum punya kekuasaan sih. H H H.
Apapun itu, kalau nanti saya punya kekuasaan atau sedikit kekuasaan, semoga saya dijauhkan dari ketersinggungan yang tak perlu. Dan itu sebabnya, saya menulis di sini. Kelak, saya pasti akan baca catatan-catatan tak penting saya di diari digital ini. Ehee. Bye.
Ada yang bilang ke saya, karena itu mengapa sebagian pejabat, pengusaha juga orang kaya yang lebih sering melaporkan orang dengan pasal penghinaan atau pencemaran nama baik. Memang belum ada data pasti, tapi serampangan saja dilihat, saya setuju dengan itu.
Diam-diam saya membatin, iya juga sih ya.
Dan lagi, kata K, orang yang mudah sekali marah biasanya justru mereka yang enggak bisa menunjukkan kompetensinya. Yaaaa, K bisa jadi salah.
Saya jadi bercermin atas obrolan dua hal di atas itu. Apakah saya termasuk orang yang suka merasa terhina terhadap perlakuan orang lain? Apakah saya mudah tersinggung? Dan, apakah betul ketersinggungan saya itu ada kaitannya dengan ketidakmampuan saya membuktikan kompetensi saya?
Saya, pernah sih tersinggung. Tapi tidak sering. Biasanya lebih tersinggungnya bukan sama obrolan antar-kawan, tapi sama atasan yang merendahkan atau sama senior yang sok tahu semua hal di dunia ini. Tapi nggak lantas melaporkan mereka dengan pasal penghinaan atau pencemaran nama baik sih. Hanya sebatas tersinggung dan marah yang dipendam, berujung pada nggrundel atau ya, kalau ada waktu membuktikan dengan kerja/perubahan laku. Jika ini diperlukan ya tapi.
Saya juga belum pernah sampai tersinggung dan lantas menggunakan marah tadi untuk memanfaatkan kekuasaan dan menekan seseorang yang membuat saya marah. Ya emang karena saya belum punya kekuasaan sih. H H H.
Apapun itu, kalau nanti saya punya kekuasaan atau sedikit kekuasaan, semoga saya dijauhkan dari ketersinggungan yang tak perlu. Dan itu sebabnya, saya menulis di sini. Kelak, saya pasti akan baca catatan-catatan tak penting saya di diari digital ini. Ehee. Bye.
Komentar
Posting Komentar