Tua dan Penghiburan Diri

Setelah beranjak tua, saya merasakan, rupanya lebih banyak enaknya ketika menjadi anak-anak. Mereka gampang senang dengan hal-hal biasa saja, hal-hal sepele, yang simpel, yang sederhana. Justru begitu.

Apa mungkin ini karena belum beragam yang anak-anak tahu ya? Sehingga mereka akan mudah girang dengan yang baru, sekecil apapun, tak luput dari amatan juga pertanyaan mereka.

Tapi itu jadinya menyepelekan anak-anak namanya kalau saya menyebut, ini karena belum beragam yang mereka tahu. Mungkin lebih karena, mereka minim ekspektasi? Tidak sok tahu seperti orang--yang menyebut diri--dewasa? Atau, karena mereka masih mengalir, membebaskan diri?

Nggak tahu sih ya.   

Sementara anak-anak menemukan kesenangan hanya melalui keberhasilan mengelabui para orang tua, misalnya, menekan tombol pause—untuk menjeda—pada timer yang dipasang orang tua sebagai 'pengawas' anak mengerjakan PR dan baru melanjutkan timer saat mereka kelar main di tengah garap PR, sebagian orang dewasa sibuk mencari penghiburan dengan menatap langit yang belakangan lebih cerah, mengais sisa matahari, mencari kesunyian, melihat sejuk di celah kanopi, berburu sesuatu-yang-mereka-sebut-ketenangan-dan-waktu-berkualitas, merencanakan vakansi.

Kita—atau mungkin saya aja ya—berusaha meyakinkan diri bakal selalu bisa baik-baik saja, meski sebenarnya tidak begitu juga. Gombal mukiyo.


Komentar

  1. Meyakinkan diri baik-baik aja.. Iya, Ik. Aku suka menerawang liat Damar. Jadi anak kecil menyenangkan ya. Tak namai Damar biar pikiranku terang, awokwokwok

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proyek Teng-Tong Family!

What is The Most Important Question Human Being Must Answer

MUTEB.