Raja Ronal Armis
Raja Ronald Armis – Riau.
Setidaknya ada tiga orang yang saya ingat ketika nama Riau disebut: Tya, teman
akrab saya sedari di asrama hingga kini ; Ronald, teman jurusan saya yang akan
saya ceritakan ; dan Dholi, adik tingkat saya yang juga adik tingkat Tya.
Setelah melewati 2012, ada lagi yang saya ingat tentang Riau, empat wanita yang
saya kenal merantau ke sana: Ipung, Manceu, Yumi dan Iin.
Yang paling saya ingat tentang
Ronald adalah ketika mata kuliah Teori Desain Lanskap, yang saat itu dibawahi
oleh Ibu Maritje. Waktu itu kami diberi tugas mendesain, dan Ronald, membuat
desain lapangan sepakbola. Saya tak begitu ingat apa yang dia usulkan dalam
desain tersebut. Namun di antara 59 lainnya yang berlomba untuk membuat desain
yang rumit dan berbeda dari lainnya—untuk (mungkin) menuai pujian dosen—Ronald memilih
membuat lapangan Sepakbola. Entah apa alasannya.
Belakangan, saya ketahui bahwa
merencanakan lapangan sepakbola itu memang tak mudah, butuh perencanaan
drainase dan pemilihan rumput yang digunakan, belum lagi pemeliharaannnya, itu
kalau saya tidak salah (CMIIW, sudah lama ndak otak-atik lenskepan. Bagi yang skripsinya lapangan sepakbola, ayo silakan nambahi.). Jadi
saya (mungkin teman-teman juga, saya lupa atmosfer saat itu) senyum-senyum saja
waktu Ronald dipanggil presentasi ke depan kelas.
Mungkin seharusnya Ronald ikut
kejuaraan Bulu Tangkis menggantikan Mbak Susi.
Bagaimana tidak, setiap kali mengikuti turnamen bulutangkis, ia selalu juara.
Tak hanya bulutangkis, ia juga jago futsal.
Di kelas, memang namanya tak
selalu disebut-sebut seperti nama lelaki lain yang jago konsep dan gambar,
macam Sugi, Ray atau Titou. Namun jangan kaget jika di lapangan atau Gymnasium,
nama-nama yang saya sebutkan di awal tadi semua mendadak tenggelam, tinggal riuh suara
yang meneriaki berkali-kali nama “Ronal... Ronal.. Onal..”. Yah, seperti itu,
semesta memang secara alami akan bersikap adil.
Jelang Hari Pelepasan Mahasiswa,
Ronald mengirim pesan pendek kepada saya, untuk disampaikan kepada teman-teman:
Ika.. aku g’ bisa ngirim vdeo..
kata2 aja deh ka..: “Pengalaman bersama tengtong adalah pengalaman yang paling
berkesan. Mulai dari tugas2 lanskap, tengtong cup, tanding antar departemen
se-Faperta, dll.. sulit untuk melupakan kenangan dengan kalian,, setelah 2 kali
batal ikut dengan alasan ngasih kesempatan sama yg lain (hehehe) ke depan aku
akan tunjukkan bahwa sebenarnya aku jg jago dalam POMPOM BOYS, kalo kmarin aku
ikut, aku yakin kita bisa juara (hahaha) I MISS YOU GUYS.” Itu aja ya ka..
sebenrny banyak,, Tp susah klo dituangkan k dalam tulisan.. PokokY tengtong is
the best lah.. Hehehe
Ia tak bisa hadir kala itu, masih
mengikuti training di perusahaan tempat ia bekerja sekarang. Sepertinya, Ronald
itu pandai berpantun. Tapi sayang, saya tak banyak mencicipi pantun buatannya.
Hanya sempat membaca beberapa dari status jejaring sosial. Dan, eng, itu
menarik.
Ronald adalah warna dalam
keluarga kami, keluarga tengtong. Tak asyik rasanya kalau semuanya harus jago
gambar, desain dan andal mengonsep. Ronald, membuat kami bisa membuktikan
kepada yang lain bahwa anak lanskap gak Cuma jago gambar, tapi jago futsal,
tenis meja dan bulutangkis juga.
Komentar
Posting Komentar