Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2014

Rasa Nomor 116

Gambar
Membaca Jakob Soemardjo... Sejak kecil manusia diajarkan agar tidak mementingkan dirinya sendiri. Tetapi setelah dewasa hampir setiap orang hanya mengenal kepentingan dirinya saja. Mereka lupa, bahwa manusia-manusia lain juga mempunyai kepentingan, kebutuhan, keinginan yang sama dengan kita. akhirnya yang terjadi dalam hidup ini adalah saling memenangkan kepentingan, kebutuhan dan keinginannya snediri-sendiri. Orang saling bertengkar, saling menindas, saling memusuhi untuk memenangkan kepentingannya sendiri. Hidup ini lantas menjadi perang kepentingan, baik lewat kekerasan maupun bukan kekerasan. Dan dalam setiap peperangan selalu jatuh korban. Inilah penderitaan manusia. Kita tak boleh membebaskan keinginan kita. sebab kebebasan memuaskan dalam hal-hal itu akan membuat orang lain menderita, orang lain luka hatinya, membuat orang lain tidak dapat memenuhi kebutuhan jasmaniah dan duniawiahnya. Penyakit ego kita yang tercela adalah keserakahan. *tulisan Jakob...

Rasa Nomor 115

Gambar
Kamis kemarin, Ibuk jatuh dari sepeda motor. Jalan dengan lintasan kereta api yang terlalu tinggi dan menanjak membuat ban sepeda motor Ibuk selip. Dan Ibuk jatuh. Saya sedang di tempat memburuh saat kejadian. Pagi, saya terima pesan pendek dari Ibuk. “Ibuk di Bojonegoro, nganter anak kompetisi bintang kelas. Tadi Ibuk lho jatuh pas mau nyebrang rel kereta. Adik olimpiade doakan.” Kubalas: Ya Allah, trus gak popo? Belum sampai dibalas, satu dua tiga detik kemudian saya langsung menelpon. Kami ngobrol 15 menit. Dan saya tahu bahwa Ibuk tidak apa-apa. Kemudian saya kembali menerima pesan pendeknya, “Cuma lecet thok paling, durung tak delok..” Seharian saya nggak konsen memburuh. Kerjaan saya hari itu hanya mengirim pesan pendek, tanya kabar ibuk per 15-30 menit. Isi pesan pendek saya selalu saya ulang: lagi apa? masih ada yang sakit? Di mana? Lagi apa? begitu terus-menerus hanya untuk memastikan ibuk saya baik-baik saja. Dengan ngobrol melalui pesan pendek, s...

Rasa Nomor 114

Yang bodoh dari saya adalah, mengingat hal-hal kecil. Mengartikan. Mengingat lagi. Lalu menafsir ulang ingatan, tanpa pernah bertanya apa maksudnya. Dan kemudian, yang berulang, adalah ia yang gemar melupakan apa-apa yang ternyata kekal saya ingat.

Rasa Nomer 113

Catatan Oktober, saya belum pernah hamil. Usia saya 25 dan saya belum pernah hamil. Saya belum pernah hamil, mungkin kelak, ketika sudah ada lelaki yang membuahi saya dan tuhan percaya saya bisa menjadi ibu maka saya akan hamil. Di sekitar saya, perempuan-perempuan yang dekat secara jasmani ataupun rohani—maksudnya teman memburuh dan teman karib—kebetulan sedang pada hamil. Saya tak pernah baca riset tentang bulan-bulan apa saja yang mengindikasi banyaknya perempuan hamil. Tapi yang jelas, Oktober ini, di dekat saya, usia kandungannya sudah pada tua. Saya tak bilang mereka siap menjadi ibu sih, karena toh nyatanya kesiapan bukan kita yang bisa mengukur. Tapi konon, tuhan. Karena ketika kita lahir pun, tak ditanya terlebih dulu, maukah kita dilahirkan atau mau dengan siapa nanti kamu hidup? Tidak kan? Atau di dunia yang pra itu kita—manusia—sudah ditanya tapi tak sadar saja? Entahlah. Tapi ya, melihat perempuan yang menggembol manusia lain di rahimnya itu wow banget. Be...

Rasa Nomer 112

Hubungan antara bapak dengan anak perempuannya seringkali rumit. Saya mengalaminya. Enam tahun ditinggal bapak, saya masih tak yakin jasadnya pergi untuk selamanya. Pun ibu saya, malahan ia selalu mengulang pertanyaan yang sama, yang sebetulnya tak membutuhkan jawaban: kenapa bapak meninggalkan ibuk begitu cepat? Dan saya, selalu menjawabnya dengan mengalihkan pandang ke langit-langit rumah atau dinding buffet tempat foto bapak saya dipajang dan bukunya dijajarkan. Yang paling menyebalkan dari perpisahan adalah, selalu ada kenangan di antaranya. Kian hari bukannya hilang, namun menebal. Semakin terang detailnya. Dan itu menyiksa. Contohnya, seperti saat jam-jam tertentu bapak selalu mengantarkan saya. setiap pukul sepuluh malam, kami selalu ngonthel berdua, menuju indomart yang jaraknya 10 menit dari rumah saya, jarak tempuh onthel. Di sana, di indomart yang sekarang sudah menjadi toko alat tulis itu, saya membeli es krim. Hampir setiap hari. Adegan itu menjadi kian deta...

Rasa Nomor 111

Tentang merubah dan mengubah. Merubah adalah menjadi rubah, sedangkan mengubah adalah menjadikan sesuatu berubah. Jika maksudnya adalah menjadikan sesuatu berubah, maka gunakanlah: mengubah. Karena oh karena, kata dasarnya adalah ubah bukan rubah, hehehe. Dan tak ada pula awalan mer-. Dan rubah, yang saya tahu adalah jenis binatang dengan moncong panjang. Akhir-akhir ini, saya sedang senang-senangnya mendengarkan lagu Mr Sonjaya. Berawal dari menemukan lagu mereka yang judulnya “Perjumpaan”, lalu mendengarkan lagu lain di soundcloud mereka, “Would You be My November”—yang konon dipakai sebagai lagu untuk melamar pacar sang gitaris, oh so sweet, aku mauk. Okei skip. Sampai pada lagu berjudul “Musim Penghujan” yang saya banget lah pokona mah. Kemudian berbekal mesin pencari dan koneksi internet, saya mengulik lagi soal mereka dan sampailah pada lagu lain yang bunyinya begini: “ ... Rasa rindu pasti ada menghiasi ruang jiwa. Meski tak akan merubah semua bayang senyummu di mat...