Rasa Nomor 111

Tentang merubah dan mengubah.

Merubah adalah menjadi rubah, sedangkan mengubah adalah menjadikan sesuatu berubah. Jika maksudnya adalah menjadikan sesuatu berubah, maka gunakanlah: mengubah. Karena oh karena, kata dasarnya adalah ubah bukan rubah, hehehe. Dan tak ada pula awalan mer-. Dan rubah, yang saya tahu adalah jenis binatang dengan moncong panjang.

Akhir-akhir ini, saya sedang senang-senangnya mendengarkan lagu Mr Sonjaya. Berawal dari menemukan lagu mereka yang judulnya “Perjumpaan”, lalu mendengarkan lagu lain di soundcloud mereka, “Would You be My November”—yang konon dipakai sebagai lagu untuk melamar pacar sang gitaris, oh so sweet, aku mauk. Okei skip. Sampai pada lagu berjudul “Musim Penghujan” yang saya banget lah pokona mah. Kemudian berbekal mesin pencari dan koneksi internet, saya mengulik lagi soal mereka dan sampailah pada lagu lain yang bunyinya begini:

... Rasa rindu pasti ada menghiasi ruang jiwa. Meski tak akan merubah semua bayang senyummu di mataku...”

Sampai di sini saya gatel. Saya ingin bilang ke vokalis—yang suaranya seksi, Meng Float juga seksi sih, Iwan Fals juga--atau mungkin lebih tepatnya ke pencipta lagunya kali ya: Hai Mas Beibh, mengubah bukan merubah :|

Ah. Tapi apalah saya, seorang fans sudra. Yang jika boleh mengutip sebuah lagu: Dia berada jauh di sana.. dan aku di rumah.. memandang kagum pada dirinya dalam layar yucub.. :|

okei skip. Sebenarnya, selain Sonjaya, ada beberapa lagu yang liriknya masih senang memakai kata merubah atau perduli--bukan peduli, atau apa yak, gak nemu lagi sik. Afgan keknya juga pakai merubah. Ah entah, saya tak mencatat satu per satu. Ini pun hanya iseng karena keingetan. Hehehe. Ya, begitu. Saya sih nggak paham-paham banget Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tapi untuk mengubah-merubah itu, karena saya tahu dan pernah diingatkan sama mamas-mamas senior soal ini, jadi kadang gatal saja pas kuping ini mendengar. *gayak lau ik kek guru bahasa.

Ada baiknya pencipta lagu, atau penyanyi mencontoh Tulus—walaupun saya belum pernah tahu Tulus itu lagunya yang kek mana. Pernah dulu banget dikasih tahu Iman—adik kelas saya, tapi saya nggak ngikutin lagi lagu-lagunya.

Pekan lalu, saya baca selintas. Tulus, Mas-mas Kelahiran 87 yang baru saja mengeluarkan album bertajuk “Gajah” itu, telaten menggunakan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sebagai panduan hidupnya. Azzekk. Nggak deng, panduannya dalam berkarya. Ia juga sering membaca karya sastra.
Woww. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampau. Jadi penyanyi, dapat duit, sekaligus guru bahasa Indonesia. Ajari aku mas tulus, ajari akuuuh... *___*

Hmm, contoh penyanyi lainnya adalah duo fenomenal medsos, Banda Neira (yang sebentar lagi diramalkan akan didepak oleh duo sensasional Titis-Dicky. Hihihi. Check this.)

Banda Neira punya satu lagu, Ke Entah Berantah. Ada beberapa orang yang protes, atau bertanya kali ya: kenapa kok ke entah berantah? / Lho? Bukannya antah berantah ya? / Entah berantah? Aneh bingit../ eksetera eksetera..

Yak, hanya Tuhan dan Si pencipta lagu yang tahu sebuah niat awal, mengapa Entah Berantah. Hehehe. Tapi Pramoedya dalam Nyanyi Sunyi Seorang Bisu juga pernah menuliskan “ke entah berantah” untuk menggambarkan sebuah lokasi yang ia tak tahu apa. Namun, Mas Pram—sok akrab ika, saat itu menulis dengan berbekal ingatan dan sedikit sumber yang bisa ia bawa saat diasingkan di Pulau Buru. Jadi saya ya nggak tahu, apakah entah berantah itu pas, atau memang berantah harus dipasangkan dengan antah. Hehehe. Coba kita bertanya pada Ebiet yang bergoyang. Hush. Oya maap Oom Ebiet. Aku mengagumimu, sungguh.

Oiyak curcol, akhir-akhir ini saya sedikit sekali menulis. Saya sedih. Tapi nggak tahu gimana cara mengatasinya, akhirnya saya nulis diary deh. Heu. Sekian deh dan Salam.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proyek Teng-Tong Family!

What is The Most Important Question Human Being Must Answer

MUTEB.