Tahun Baru

Sekitar dua hari sebelum tahun berganti, sebagian orang di media sosial mulai membahas bagaimana 2021 kelak dijalani dan, betapa upaya mereka bertahan sepanjang 2020.

Kita--atau saya aja yang ngerasa ya--memang melalui bulan-bulan yang berat karena wabah virus corona (SARS-CoV-2). Bukan di Indonesia saja, warga di negara lain pun demikian. Hidup lalu dirombak sedemikian rupa.

Bagi mereka yang sebelum pandemi sudah babak belur melakoni hidup, boleh jadi bulan-bulan kemarin itu jauh lebih bundas lagi. Tapi, mungkin juga, ada pula sebagian orang yang biasa-biasa saja menjalani hari-hari. Masih tetap ke sawah, mengurusi ladang, mencari makan untuk ternaknya, dodolan nang pasar atau, sembarang kalir liyane.

Cuma ya, dengan banyak hal mengejutkan yang tak biasa dijumpa sebelumnya dan berujung kelelahan, sebagian lalu menebar optimisme meyakinkan orang lain bahwa geger (e dibaca seperti pada elang) mereka bakal senantiasa tegak dan tumit tetap berpijak. Harapan yang, sebenarnya juga untuk diri mereka sendiri.

Sementara yang lain, ada yang masih meratap dan dibebat cemas bagaimana menjejak hari-hari ke depan. Lalu sebagian lainnya, menertawakan diri sendiri dan kondisi sebagai penghiburan agar hidup seolah tak berlarat-larat amat.

Saya, di kamar sewa mendengarkan album baru White Shoes & The Couples Company yang baru dikirim pagi tadi melalui email, membayangkan apa-apa yang sedang dikerjakan orang-orang yang saya kenal, mengira-ngira apa yang akan terjadi setelah siang hingga sore video call. Setelah merampungkan menjemur pakaian dan menuntaskan bacaan.

Saya, berharap pergantian tahun akan terasa biasa-biasa, sekadar tengara kalender berganti saja. Tak perlu dilebih-lebihkan atau, diisi dengan menjajar daftar tekad untuk setahun ke depan. Meski tak ada yang salah dengan melebih-lebihkan pergantian tahun atau mencatat deret keinginan.

Tapi ya, nyatanya saya tak mampu sebegitu cueknya. H H H. Meski, saya tetap tak memiliki catatan resolusi 2021 (saya bohong soal resolusi menghapal nama-nama ulama dari NU--saat ngobrol di salah satu grup, hehe).

Saya, tetap memikirkan apa yang akan terjadi ke depan, kalau begini kalau begitu. Sebenarnya bukan saat pergantian tahun saja ya, melainkan setiap hari, sepertinya saya mengira-ngira apa yang akan terjadi besoknya dan besoknya lagi. Bukankah memang begini ya?

Kalau kayak gitu, sebenernya saya punya rencana terukur nggak sih? Atau cuma menjalani hari demi hari saja. H H H. Jadi bingung sendiri. Gajelas, ik. Yauda gapapa. 

Soal tahun baru saya pernah meracau juga dulu, dulu sekali. Di sini: Rasa Nomor 96. H H H. Bhye.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proyek Teng-Tong Family!

What is The Most Important Question Human Being Must Answer

MUTEB.