Rasa Nomer 73
Akhir-akhir ini waktu menjadi
terbolak-bolak. Saya, mulai tidur jam lima atau enam pagi dan bangun jam
sepuluh atau sebelas pagi menuju siang. Sebenarnya saya tidak suka dengan
siklus yang seperti itu. saya lebih suka bangun pagi. Bukan karena agar dipuji
dan bisa apdet status atau twitter, kemudian menuliskan: Semangat Pagi!! Atau
bangun Pagi Itu Lebih Menyegarkan! Bukan, sungguh bukan itu.
Saya, kalau sudah bangun jam
sepuluhan ke atas itu rasanya lemas sekali. Serba tidak semangat. Mungkin itu
juga yang membuat orang ramai memposting dirinya yang berhasil bangun lagi.
Walaupun saya sedikit sangsi, apakah setelah postingan tersebut, orang-orang
itu benar bangun ataukah malah kembali tidur lagi. Hihi. Yaaaa, urusan
masing-masinglah ya itu.
Tapi yang pengen saya curhatkan
di sini adalah. Bangun di siang hari itu nggak enak sekali. Selain lemes,
bawaannya jadi muales. Perlu dorongan sekuat baja untuk memulai aktifitas.
Mungkin ini hanya berlaku untuk saya sih. Hihi. Yasudah, sekian iseng-iseng
saya ngisi blog yang kossoooong mlompong ini.
Sebenarnya pada tanggal 30 Juni
(kalau tidak salah), saya tidak sengaja membaca artikel soal Rasulullah dan bangun
pagi. Dengan bangun pagi, itu memudahkan kita untuk menghafal. Dan seingat
saya, bapak saya pernah bilang: siapa saja yang nggak tidur habis subuh,
ingatan dia akan dikuatkan. Nah, saya pengen tu kek gitu. Tapi apa daya, tiga
hari lewat setelah membaca artikel itu, saya tetep aja bangun siang. Parah ya.
Kasian ya. Huhh.
Konon, semesta memberikan energi
yang lebih banyak kepada siapa saja yang bangun pagi. Semesta suka dengan siapa
saja yang bangun pagi, siapa sih yang nggak senang awal kehadirannya disambut
ramah. Begitu juga dengan semesta.
Nah, hari ini aku belum tidur,
kemarin juga belum tidur. Baiklah sekian. Saya mau pulang lalu tidur. Kecup sayang
blog yang baru saya ganti namanya menjadi: Oh!
Komentar
Posting Komentar