Rasa Nomor 106

Cincin yang melingkar di jari manis itu serupa jimat yang menjauhkannya dari wanita manapun, perempuan manapun, secantik apapun. Namun tidak untuk menjauhkannya dari saya.

Sore itu, kami memulai percakapan, berdua. Di sebuah meja yang jauh dari hingar bingar panggung. Awalnya saya dan dia hanya sahabat yang saling membutuhkan. Ratusan kalimat dari mulut dengan telinga yang tak lelah mendengar keluh. Saya butuh didengar dan dia punya sepasang telinga. Pun sebaliknya, dia ingin meluapkan  gundahnya, sedang saya punya waktu luang untuk mendengarkan. Jadi kapan saja, saya bisa menjadi telinga dan dia bibirnya. Sedang di lain kapan lagi, saya akan menjadi bibir dan dia telinganya.

Seiring usangnya jarum arloji yang berputar dengan tempo yang masih sama dari dulu hingga kini. Seiring dengan menuanya burung beo di sangkar Koh Afang. Seiring dengan sevel dan indomart yang menjamur. Kehidupannya mulai membosankan, itu rutuknya pada saya. Begitu juga dengan saya. Dan kami sama-sama nyaris ditelan bosan.

Sehari setelah bercerita tentang kebosanan. Di sebuah taman di pusat kota, kami bertemu. Untuk melihat lampu taman yang kian malam kian terang nyalanya. Untuk melihat muda mudi yang berdatangan membawa pasangannya. Bergandengan, sesekali berpelukan. Dan kami hanya duduk di kursi taman dengan jarak satu orang di sela kami berdua. Kami tak berani mepet-mepet.
Seteguk kopi dari gelas plastik, lalu dia memulai pembicaraan.

“Jadi menurutmu bagaimana?”

Dan malam, menjelma seperti sore yang syahdu. Atau saya salah, ini mungkin pagi sejuk dengan embun yang masih perawan. Ah, seperti mimpi, waktu melambat, sekeliling berwarna abu--mungkin grayscale atau sephia jika dalam fotografi--, hanya kami yang memiliki warna. Kini, sudah tak ada jarak satu sela di antara kami, kepala saya tak tahan jika tak menyandar ke pundak kirinya. Biarkan kami menghabiskan titimangsa ini.

******

disambung lain kali ah yaaa.........


Mungkin jika kami menikah, tidak akan seperti ini, memang kadangkala selingkuh lebih menyenangkan, karena ia dilakukan diam-diam.





*Ditulis 01 Desember 2012. Ini saya temukan belum selesai, dan enggak jelas juga sih. Cuma pengen posting. Masalah? :b

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proyek Teng-Tong Family!

What is The Most Important Question Human Being Must Answer

MUTEB.