Rasa Nomer 62

(Gambar diambil dari sini)

Lain Kemo, lain pula Komo. Komo adalah bonekanya Kak Seto yang bikin macet (kata sebuah lagu anak-anak di tahun 1992). Entah kemana perginya si Komo, Ulil dan teman-temannya itu. Sungguh saya sangat rindu menghabiskan pagi dengan mereka. Mungkin sekarang Si Komo sudah sukses dan menjadi direktur utama sebuah perusahaan dengan gedung pencakar langit membelah ibu kota Indonesia. Jadilah sekarang Jakarta selalu macet, karena banyak Si Komo yang lewat dan menyambung hidup. Trus salah siapa?? Salah Si Komo? Salah Guwehh? Salah temen-temen Guweh??

Jawabannya kata Dosen penguji Skripsi saya, kemacetan adalah salah perencana. Entah siapa yang salah, tapi pengguna mobil di ibu kota juga semakin banyak. Padahal semakin banyak pula tetangganya yang tiba-tiba jatuh miskin, gembel dan banyak hutang. Sungguh dua hal bertentangan yang hidup nyaman berdampingan. Sebenarnya apa yang terjadi ini? Lhoh kok malah jadi nglantur. Baiklah, sudah ya.

Maaf. Tadi mau bahas soal Si Komo. Yang akhir-akhir ini banyak mendapatkan sms dukungan dari Masyarakat Indonesia agar memenangkan New7Wonders. Satu Rupiah saja, pariwisata Indonesia akan maju. Begitulah kira-kira promosinya. Mending buang KTP kalau nggak nge-vote pulau komodo. Mana nasionalisme kamu, kok sampe’ nggak ngirim sms yang cuma 1 rupiah itu?! Komodo kalah suara sama Kadal Air Malaysia, ayo vote komodo (padahal Malaysia nggak ikut New7Wonders). Dan lain sebagai-sebagainya. Kemudian muncul pro-kontra mendukung si-komo. Kapan sih ya saya bisa se-ngetop si Komo. *menengadah menatap langit*

Bagi yang mau sms, silakan saja sms. Pada pagi hari yang buta, saya sebenarnya juga ikut mengirim sms. Brengsek sekali saya pagi itu, karena tidak ada kerjaan, singkat cerita saya pegang henpon kemudian mengirimkan sms dukungan 1 rupiah itu tanpa piker panjang, sambil ngantuk-ngantuk pula. Serius. Kemudian sore harinya, setelah mencari sesuap nasi. Saya buka-buka twitter dan membaca berita tentang pro-kontra si Komo. Karena penasaran, maka saya mencari info sana-sini sepanjang perjalanan krl sampai angkot kampus dalam, saya ublek-ublek itu telepon genggam dengan internetnya yang (ketika itu) super cepat *yak. Lebbaiy!. Lalu setelah baca-baca, saya memutuskan, sebaiknya nggak usah ngirim sms deh kalo kek gini. Tapi nasi sudah jadi bubur, saya sudah mengirimnya. Dan itu mutlak keteledoran saya. Maafkan saya Komo. Saya mencintaimu, saya mencintai Indonesia, dan saya mencintai Nicholas Saputra. Tapi nggak gini juga caranya.

Mengirim sms atau tidak itu pilihan, Seperti kata Priyadi dalam blog-nya “Tentunya tak ada yang dapat menghalangi siapapun untuk mengirim SMS pilih Komodo. Yang dapat saya dan kawan-kawan lakukan hanyalah memberi informasi yang sesungguhnya.saya di sini”. Jadi monggo dibaca di sini Fakta tentang New7Wonders yang ditulis bulan Februari 2011, kemudian Dampak Ekonomi New7Wonders di sini, dan FAQ tentang new7wonders di sini. Semoga bermanfaat (=

Komodo itu hewan yang harus dikonservasi (kata berita). Pulau Komodo itu wilayah konservasi yang seharusnya terbatas akan aktivitas manusia. Jadi sudah selayaknya Komodo hidup nyaman dan tentram tanpa campur tangan kita (manusia).

Ada pengelolaan yang baik?? Apakah itu menjamin bahwa Si Komo tidak terganggu dengan banyaknya wisatawan yang datang. (Kata Berita) Komodo sangat sensitif dengan perubahan lingkungan di sekitarnya. Bukan tidak mungkin jika ia kemudian akan mengalami stress dan bunuh diri (berita ini saya dapat dari wawancara oleh pakar komodo, di TV One). Yang kemudian dalam wawancara itu, TV One memotong seeenak udelnya ketika Pak Pakar itu berbicara tentang pandangannya akan kepunahan komodo jika bisnis pariwisata ini jadi diteruskan. Entah TV One memihak pada pemilihan komodo menjadi N7W entah memang durasi sudah habis. Namun semestinya, media itu netral. Menginformasikan setiap permasalahan dariberbagai macam sudut pandang, tuntas. Kecuali memang media itu sudah di-set untuk memihak salah satu. Entahlah. Hanya Tuhan dan pihak-pihak terntentu yang tahu.

Dan perlu diketahui, Si Komo, tidak seperti boneka kak Seto yang baik, ramah, dan rajin menabung itu. Komo adalah binatang yang berbahaya. Liurnya bisa membuat Gangrene dan harus diamputasi. Gangrene adalahpembusukan jaringan sel hidup, biasanya menyertai keracunan darah. Karena busuk, maka harus diamputasi. Di pulau Komodo, wanita yang sedang haid dilarang keliaran sembarangan. Komodo dapat mencium bau darah dari ratusan meter. Hayo, bisa baca di sini.

Jadi bagaimana? Yah, mungkin pihak yang pro akan bilang : semua itu sudah ada perencanaannya dan akan dikelola sebaik mungkin. Masyarakat di sekitar Pulau Komodo akan meningkat penghasilannya dengan Pulau Komodo masuk dalam Tujuh Keajaiban Dunia. Ya terserahlah itu, setiap warga Negara berhak memeluk dan menjalankan ibadah menurut agama dan kepercayaannya masing-masing (nyambung? Mbuh.). Sila cari dan baca informasi banyak-banyak, kemudian renungkan, dan putuskan, jangan lupa minta petunjuk pada yang maha kuasa. ehehe.

Baiklah. Sekian curhatnya. Semua berhak ngomong kok. Dan semua orang berhak memilih mana yang dianggapnya benar (=

Salam,-

Merdesa! Eh, merdeka! (=

(Gambar si unyu yang lagi ndoprok, diambil dari sini)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proyek Teng-Tong Family!

What is The Most Important Question Human Being Must Answer

MUTEB.