Rasa Nomor 83


Namanya Gendis Priscila, anak seorang kawan. Sekarang, Gendis sedang dirawat di sebuah rumah sakit di Jakarta Timur. Ada yang mengganjal saluran empedunya. Saya belum pernah ketemu Gendis, dan belum secara langsung berkenalan dengannya, pun belum main-main dengannya. Tapi saya sudah jatuh cinta dengannya, karena namanya, Gendis.

Saya membayangkan anak manis usia dua sedang bermain di teras. Tentu saja perempuan, tentu saja lincah, memainkan botol susu, belum sempurna benar duduknya, mengajak main kedua orangtuanya. Kini, anak manis yang saya bayangkan dan belum pernah saya temui itu sedang berjuang melawan semua sakitnya. Saya, tidak bisa membayangkan bagaimana melawan semuanya dengan keriangan yang ia miliki. Orangtuanya pasti sedih, tapi Gendis, entah kenapa saya yakin sekali jika tak sedikit pun ada kesedihan dalam gadis kecil itu.

Keriangan kanak-kanak membuat semuanya larut. Mungkin Gendis menangis, mungkin Gendis merengek, tapi saya percaya itu hanya fitrahnya sebagai gadis kecil yang berusaha meleburkan lukanya. Di luar itu, Gendis, atau gadis kecil lainnya, akan menghadapi sakit dan liku hidup dengan keriangan kanak-kanak. Karena entah kenapa semesta selalu memberi kebahagiaan yang lebih pada anak-anak.

Ucapan semangat dan doa untuk kesembuhan Gendis berentet datang lewat milis tempat saya memburuh. Kawan-kawan lain berusaha membagi energinya untuk kawan saya yang ini, orangtua Gendis--yang juga kawan kami--. Namun di antara semangat dan doa itu, terselip pesan yang mengabarkan:

"Dokternya menyebalkan, ini sms dari Irham: Dokter sudah angkat tangan. Anak itu tak bisa lagi dioperasi. Tinggal menunggu doa dan keajaiban yg bs menyelamatkan."

Entah ada yang membaca atau tidak, karena pesan dengan subject sama yang begitu banyak. Tapi doa, akan selalu mengalir untuk Gendis. Saya nggak tahu penyakit macam apa yang sedang mengajak Gendis bermain dan apa pula diagnosa dokter hingga operasi tidak bisa dilakukan. Saya dan kawan lain hanya bisa mengirim doa, dan tentu saja percaya jika Tuhan masih yang maha.

Barusan, saya mencuri lihat foto Gendis dari akun facebook kawan saya itu, orangtua Gendis untuk meladeni rasa penasaran saya. Gendis, semoga lekas membaik ya Nduk. Lekas sehat, lekas main-main lagi. Kelak, Gendis, kalau kamu sudah sehat betul lalu tumbuh dan bertambah usia, semoga kamu menjadi perempuan dewasa yang senantiasa menghadapi hidup dengan keriangan kanak-kanak yaa. Namamu, Gendis, akan membantu menawar hidup yang hadir dengan segala kepahitannya.



*Gendis, dalam bahasa jawa adalah gula. Dan gula itu manis. Mas Pepi dan istrinya, yakinlah, Gendis mampu melawan sakitnya (=

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proyek Teng-Tong Family!

What is The Most Important Question Human Being Must Answer

MUTEB.