Rasa Nomer 43

Sebenarnya, tulisan bulan Maret :p

.........


Kemarin, oh bukan kemarin. Mungkin bisa dibilang kemarin kemarin kemariiiiin-nya lagi. Di tengah-tengah keasyikan membaca novel Bumi Manusia, rupanya ada novel lain yang mencuri perhatianku; Tarian Bumi. Mungkin karena bentuk dan tebalnya yang lebih kecil dan lebih tipis dari Bumi Manusia, aku memutuskan untuk membaca buku ini terlebih dulu. Dan kau tahu, membaca ini buku seperti mengkonsumsi narkoba (walaupun aku belum pernah mengkonsumsinya lho ;p ya.. tau dari berita2 gidudeee sensasinya) yak, seperti ngefly gitu. Membaca Tarian Bumi bikin aku ketagihan, pengen baca lanjutan dan lanjutannya, dan ngefly pas bacanya.

Selain ceritanya yang menarik, Tarian Bumi juga memunculkan adat dan tradisi masyarakat Bali, jadi aku bisa tahu. Yah, ini artinya menambah pengetahuanku tentang Bali. Tentang peraturan kasta, tentang upacara, tentang tarian Bali, dan istilah-istilah perBalian, hehe.

Penulisnya (Oka Rusmini) juga sangat cerdas menurutku dalam mengobrak-abrik alurnya, jadi itu ceritanya flash-back. Nah, nanti di tengah-tengah cerita itu akan muncul cerita-cerita baru, tapi yang lampau (jadi nyeritain yang dulu-dulunya gitu). Menurutku cukup sulit untuk bikin alur cerita macam itu, alur cerita yang dibolak-balik. Okei, mungkin karena emang aku nggak jago nulis jadi aku bilang sulit, tapi yaaa seenggaknya ini sulit menurutku lahhh yaaa. Hayo, siapa yang mau cobaa?? Nah lanjott. Tapi dalam novel ini penulis dengan bebas membolak-balik alur tanpa membuat pembaca bingung, menceritakan segala dengan mengalir dan membuat pembaca senang mengikutinya sampai-sampai lupa bernafas (Yak, lebai). Seolah sang penulis sedang berbicara, menceritakan kisah hidupnya dan kita pembaca adalah pendengarnya. Kan biasanya ada tuh, tulisan yang alurnya bikin pembaca bingung trus bosen, nggak jarang yang bikin pembaca itu baca berulang-ulang tapi tetep aja nggak ngerti. Tapi maaaaaan, oka rusmini di tarian bali ini mantep bousss. Ehee. Ini menurut pendapatku :)

Bagi yang penasaran, silakan baca novelnya. Di bagian belakang buku tertulis

“Perempuan Bali itu Luh, perempuan yang tidak terbiasa mengeluarkan keluhan. Mereka lebih memilih berpeluh. Hanya dengan cara itu mereka sadar dan tahu bahwa mereka masih hidup, dan harus tetap hidup. Keringat mereka adalah api. Dari keringat itulah asap dapur bisa tetap terjaga. Mereka tidak hanya menyusui anak yang lahir dari tubuh mereka. Mereka pun menyusui laki-laki. Menyusui hidup sendiri...”

Ada juga komentar dari orang, ya macem buku-buku lainnya gitu (ada di gambar).

(Gambar Buku : Klik di gambarnya yaa biar bisa gedean! ^o^ )

Nah, setelah baca ini novel, aku masih punya utang dua novel, Bumi Manusia dan 3 Benang Merah (novel teman). Ehee. Setelah itu juga jadi pengen baca Lupus dan Caatan Si Boy (eh, ada nggak sih? ;p) baiklah, itu saja. Kalo kata Gonawan Mohamad “Kemampuan membaca itu sebuah rahmat. Kegemaran membaca; sebuah kebahagiaan”. Aku sebenarnya gak begitu gemar membaca, tapi ya dibiasakan untuk gemar, karena kadang kegemaran itu bisa muncul dari pembiasaan, ehek. Ini teori pribadi, tapi bisa dicoba :) semoga segala bahagian bisa kau dapat dengan Membaca :)

Komentar

  1. ikaa,, tarian bumi-nya punya syapaa? aku mau dong pinjem kalo udah pulang nnt,, :)

    BalasHapus
  2. punyakuuu.. okei boleleboooo.. bayar wooo =p

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proyek Teng-Tong Family!

What is The Most Important Question Human Being Must Answer

MUTEB.