Rasa Nomer 44
Aku punya teman baru, namanya Sultan. Dia pintar, banyak geraknya – hiperaktif, lucu, dan jika aku boleh menyebut: kusebut ia perasa. Hari pertamaku bersama dengan sultan cukup membuat aku deg-deggan dan menguras energi. Energi untuk berpikir. Bukan berpikir untuk menyelesaikan soal, namun berpikir tentang cara membuatnya merasa tidak cepat bosan. Oiya, waktu itu aku berperan sebagai guru privatnya, ehee. Sultan murid yang pintar, dia kelas 5 SD.
Sultan sangat menyukai pelajaran Bahasa Inggris, dan bosan dengan ips. Dia hanya senang jika kami membahas mengenai pahlawan Indonesia dan perjuangannya, selebihnya membosankan menurutnya. Pernah suatu waktu Sultan bertanya, kenapa nama pak Antasari Ashar sama dengan Pangeran Antasari? Kemudian aku bingung harus menjawab apa, jika boleh kujawab : suka-suka orang tua mereka lah Tan, akan kujawab begitu. Tapi ini berbeda, di usianya yang masih krucil, Sultan butuh penjelasan dan parahnya ia tak cepat puas. Alamakjang... entahlah. Jadi waktu itu, kujawab saja, karena orang tua Pak Antasari ingin pak Antasari menjadi seperti pangeran Antasari, pahlawan Indonesia. Berguna untuk bangsa dan Negara kita, berani, dan memiliki perjuangan keras untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Patut dicontoh. Dan dia manggut-manggut sambil kedip-kedip. Hihii =9
Komentar
Posting Komentar